Bagaimana Rasanya Kesepian di Kantormu?

Sebelum Tenggelam
2 min readJan 27, 2022

--

from Instagram @hallucy “Sometimes its better to be alone. And no one can hurt you”

Mungkin kau lupa, aku ingatkan. Aku sedang menerjemahkan situasi yang sedang kita alami saat itu. Kau kesepian. Lalu kau bantah. Ya, aku juga kesepian, maksudmu. Dan sekarang kita coba melakukan hal-hal sepi.

“Akhirnya kamu tau kan, kesepian paling akut tak bisa diselamatkan bahkan oleh kekasihmu”.

Dengan napasmu yang tipis dan anggukan sedikit kepalamu yang ku lihat dari seberang meja, kau mengamininya. Pertanyaan yang paling sederhana, mengapa kita sedang berdua, tapi kau merasa kesepian?

Tentu kau bukan jomblo yang suka shitposting di twitter saking ga punya teman kencan kan. Yang setiap jam makan siang suka ada relawan yang menanyakan ‘sudah makan?’ atau ‘jangan lupa makan ya nanti mati’. Kau juga bahkan bukan orang yang selalu harus diingatkan untuk tidur mesti belum pikun. Atau sekedar letak ponsel atau karcis parkir motor mu.

Coba, kenapa kau bisa kesepian?

Mungkin, kesepian mu sedang berantakan. Kau bermimpi menaklukan dunia mu. Dengan segala konsep tata panggungmu. Tapi, dunia keburu ditalukan pandemi. Panggungmu berantakan. Aku tertawa sejenak. Kau menjeda, mengeluh.

Bukan masalah yang unik. Ada banyak kecenderungan untuk bunuh diri kan. Apalagi selama pandemi. Tenang. Obat tidur mu stok nya lagi habis. Kau sudah pernah merasakan itu kan. Bahkan dua kali kata kau. Ketika kau bersumpah serapah beberapa tahun yang lalu dan setelah kekasihmu meninggalkanmu beberapa bulan yang lalu.

Tapi untunglah, menghirup oksigen tidak butuh motivasi.

Aku kesepian karena kau kesepian. Kita berdua tau kau seorang petarung. Kalau tidak, mana mungkin kamu bisa sebegitu lamanya tinggal di tengah wasweswusnya badai kantormu. Menjengkelkan, tentu.

Karena kau petarung kau bisa segagah kamboja di pemakaman yang kau lihat antar stasiun. Kau membicarakan itu lagi. Ya aku tau, mereka menganut semua doa para peziarah kan? Yang sesekali layu karena tak rajin disiram. Tapi kata kau, mereka tumbuh karena air mata?

Hampir setengah hari. Jangan lupa makan siang ya nanti kamu mati. Apa peduli kantormu?

Ketika kamu kesepian, kamu jadi jarang memelukku. Ya, aku paham. Kamu lebih memilih memeluk tubuh mu sendiri. Ya walau kau juga tak tau caranya.

Aku bisa memelukmu sejatinya. Tapi kau seringnya tidak mau sebab ‘soalnya kamu sering menuntutku untuk cepat lebih baik’ atau sama –sama mengutuk ‘kantor bajingan’.

Di kantormu, tidak tersedia ruangan untuk menangis.

Kemari lah bahuku tempat bersandar segala keadaan. Bahagia maupun darurat. Menggilalah bila perlu.

Kita sama-sama mencintai, tapi tak tau caranya.

Kita lebih paham bagaimana caranya membenci. Ya. Membenci kesepian.

Sudah makan….??

--

--