Selayaknya Januari

Sebelum Tenggelam
2 min readJan 2, 2021

--

via Instagram @f.rrygnwn

Sepiring sarapan tersaji untuk perasaan yang tak terbalas hingga pagi ini. Aku dan beberapa teman-teman lainnya masih sibuk menertawakan masa lalu sampai subuh menunggu diambang pintu. Segala ketakukan yang seringkali beradu cepat dengan kenyataan menyisahkan ingatan tentang dendam, kecewa dan perpisahan.

Banyak yang terlewatkan dan terlupakan sepanjang satu tahun berjalan. Sebagian orang menganggap satu tahun menjadi waktu yang sangat begitu panjang, beberapa lainnya merasa seperti melompati waktu dan sampai di hari ini. Ya. Hari ini adalah hari baru itu. Matahari masih tetap ada di tempatnya seperti biasa. Dan dirimu masih masih bangun pagi seperti biasa lalu spontan meneguk segelas air putih di dapur. Mengambil gawai sambil berputar-putar di beberapa aplikasi yang isinya itu-itu saja. Yang beda mungkin cuma adanya ucapan selamat dari teman-teman daringmu menyambut awal tahun yang baru. Toh tiap tahun kau akan menemukan hal yang serupa. Tapi tidak dengan apa yang terjadi sepanjang satu tahun ke belakang.

Kau bisa pilah sendiri mana berita yang ingin kau baca. Kita didera kabar duka semenjak menyambut tahun baru yang lalu. Banjir, kebakaran hutan, penyiksaan, rasisme, penolakan, demonstrasi, kehilangan dan yang masih bergulir sampai saat ini tentu bencana virus yang belum dapat dikendalikan. Kantuk yang kau tahan tiap malam selepas pulang bekerja dan jarak yang begitu terbatas dengan sebuah pelukan, membuatmu sedikit merana mengarungi derasnya arus sepanjang tahun. Tapi hidup akan terus berjalan, tidak mengenal tahun, hari dan bulan.

Januari yang buta ditemani suhu udara yang begitu dingin, mungkin bukan satu-satunya Januari. Kau mulai memutar lagu-lagu favoritmu berharap suasana perasaanmu jadi lebih menyenangkan. Kau mungkin tidak memilih kopi untuk disajikan pagi ini karena terlalu pahit untuk lidahmu yang baru bangun, sekarang kau beranjak ke lemari pendingin mengambil beberapa bongkah es dan mencampurnya dengan darahmu. Semoga kepalamu yang setahun lalu mendidih akan mulai mendingin mulai hari ini.

Nanti malam juga akan jadi malam yang biasa saja untukmu. Menyaksikan orang-orang berlomba-lomba mem-posting foto terbaik malam sebelum malam ini. Penampakan sudah biasa bukan untukmu. Kau mungkin juga tidak akan peduli. Tadi malam kau habiskan dengan tidur dan mendengar beberapa letupan kembang api seolah menghantam pintu kamar mu. Kau teramat tidak peduli dengan Januari yang begitu dingin. Musim menyambar dada mu yang penuh sesak dengan rindu. Tak ada yang tau pasti kapan rindu itu akan dibayar tuntas.

Januari akan terus bergulir seperti bulan-bulan biasanya. Februari, Maret, April dan bulan-bulan seterusnya. Kau dan aku akan terus menjalaninya dengan biasa saja. Sudah terlalu banyak kejutan yang terjadi setahun ke belakang. Semoga tahun ini menjadi waktu beristirahat setelah pekerjaan berat yang kau dan aku lakukan. Ya. Tahun yang biasa-biasa saja.

--

--